Thursday, October 31, 2013

Mengenal Rasa Lapar

"Apa emam.. Apa emam..".
"Mandi dulu ya, abis itu nanti baru makan."
"Apa emaaam..."
"Iya, tp mandi dulu baru makan."
"Emaaam..."

Demikian sepenggal percapakan kami di suatu pagi. Rutinitas daffa tiap pagi yg biasanya mandi baru sarapan (buah) hari itu terpaksa dirubah, makan dulu baru mandi. Ah, rupanya lelaki kecilku dah mulai kenal dengan yang namanya rasa lapar, hingga saat lapar melanda, dia tak lagi bisa dibujuk untuk melakukan hal lain. Dan benar saja, setengah bagian pir sebesar kepalan tanganku + 2 buah pisang lampung yg dipuree habis tak bersisa dilahapnya, Alhamdulillah...

Lesson learned: Ternyata memperkenalkan rasa lapar pada anak memang diperlukan. Saat anak menutup mulut rapat-rapat tiap kali disodorkan makanan atau saat dia menggeleng-gelengkan kepala tanda menolak tiap kali jam makan tiba, tinggalkan saja, jangan pernah memaksa. Saat alarm tubuhnya berbunyi & otak menerima sinyal bahaw tubuh butuh asupan makanan, dengan sendirinya dia akan makan apapun yang ada di hadapannya, dengan catatan: jangan pernah menggantikan sesi makan dengan minum susu. Kenapa? karena susu bisa membuat anak kenyang tanpa harus repot-repot  mengunyah. Yang terjadi kemudian adalah anak akan merekam dalam memorinya, bahwa jika dengan minum susu kebutuhan laparnya sudah terpenuhi, kenapa pula dia harus merepotkan dirinya dengan membuka mulut lebar-lebar & menggerakkan rahangnya untuk mengunyah makanan dengan beragam tekstur? Padahal tujuan dari aktivitas makan bukan hanya sekedar kenyang, tapi juga bagaimana anak belajar aneka tekstur, warna & rasa makanan, serta mengajarkan anak untuk mengunyah yang notabene penting untuk pertumbuhan gigi & rahangnya serta membantu pengeluaran kotoran telinga secara otomatis. Eh iya loh, kalau anak makan dengan benar, tak perlu lah kita direpotkan dengan membuang kotoran di telinga anak bagian dalam, meski secara estetika kurang nyaman dipandang mata, karena gerakan mengunyah itu secara otomatis akan mendorong kotoran telinga untuk bergerak ke arah luar (cuping telinga) hingga lebih mudah dibersihkan. Subhanallah ya? Allah sudah mengatur mekanisme ini sedemikian sempurnanya.Jadi? Jangan takut memperkenalkan rasa lapar pada anak, karena anak yang normal tak akan pernah membiarkan dirinya kelaparan. Insting manusianya akan mendorong dia secara sadar untuk mencari sesuatu yang bisa dikonsumsi. Trust me *nggaya, hehe..



No comments:

Post a Comment